Sejuta Cinta untuk Ibu Saya

Meramaikan Valentine Day nih ceritanya. Ini kan hari yang disepakati sedunia untuk menyatakan cinta dan kasih sayang ya? Ternyata setelah saya renungkan, saya pikir – pikir siapa yang akan saya pilih, saya ingin menyatakan sejuta cinta untuk ibu saya.

Ibu saya lah tidak kenal Valentine Day. Ibu saya wong ndeso. Sejak saya wisuda sarjana bertahun yang lalu, saya amati caranya berbicara kepada saya agak berbeda. Seperti ada kekhawatiran akan menyinggung perasaan saya. Jika Ibu menanyakan masalah jodoh saya yang sepertinya masih jauh, akan diawali dengan kalimat,

“Nuwun sewu ya Mee, jangan tersinggung kalau Ibu bertanya masalah ini. Ibu cuma ingin tahu bagaimana keadaan anak Ibu”.

Bertahun tidak lagi tinggal di rumah orang tua, Ibu yang selalu membuat saya kangen dan pulang. Sambutannya di Stasiun, ajakannya untuk berbelanja ke pasar (saya suka sekali menemani Ibu saya ke pasar, ingat masa kecil), permintaannya untuk membantunya mengecat rambut putihnya, masakannya yang paling sedap sedunia, dan pertanyaan – pertanyaannya yang menggelikan seputar teman laki – laki saya (jodoh lagi, jodoh lagi). Saya yang pemalas, sering bangun kesiangan, jika sudah di rumah, jam 6 pagi sudah dihoyag – hoyag, dan dijanjikan ada nasi goreng hangat dan enak untuk sarapan.

“Ibu, saya tidak biasa makan jam 6 pagi…”,

kata saya sambil kriyip – kriyip. Ibu juga masih suka mengelus rambut saya saat saya tertidur. Hmmm, malah tambah membuat saya malas bangun.

Valentine Day tahun ini, sejuta cinta saya berikan untuk Ibu saya saja. Mungkin kurang banyak ya? Semilyar deh… Yang pasti, Ibu will always be my love my valentine.